Keluasan Ampunan

By Iamsyadh - 14:53:00




Ingatlah sebuah kisah tentang seorang lelaki yang telah membunuh 99 jiwa.
Ketika lelaki itu merasa sangat berdosa dan menanggung beban berat akibat perbutannya, ia menemui seorang rahib ahli ibadah. Di hadapan sang rahib ia mengadukan penyesalan dan keinginannya untuk bertobat.
“Wahai rahib yang suci, adakah dosa-dosaku akan diampuni?” tanyanya dengan perasaan berkecamuk.
Setalah mendengar bahwa yang dilakukan lelaki itu adalah dosa yang sangat besar, apalagi ia tahu, dosa membunuh satu nyawa bagai membunuh manusia di sunia seluruhnya.
Ia menjawab, “ Sungguh dosa yang tak terperikan dan tak terampuni,” ujarnya. Lalu, ia berpaling.
Lelaki itu betambah marah. Sikap dan kata-kata rahib itu ibarat garam yang menyirami lukanya. Ia geram dan perasaanya berkecamuk. Ia pun membunuh rahib itu dengan pedangnya. Genap sudah 100 nyawa.

Ia ingin bertobat dan memohon ampun. Namun, barangkali sudah tak ada lagi pintu ampunan baginya. Ia sempat putus asa. Namun, akhirnya berhasil menemukan seorang alim. Lelaki berilmu itu memberikan jawaban yang menentramkan hatinya,
“ Ya, siapa yang bisa menghalangimu menuju tobat. Pergilah ke negeri sana. Di sana, mereka beribadah kepada Allah. Beribadahlah kepada Allah bersama-sama mereka. Dan, jangan pulang ke negerimu karena negerimu itu negeri yang tidak baik.”
Di dadanya berpendar cahaya harapan, memekarkan kuncup yang sempat layu. Di dadanya bergelinjang keiinginan untuk bertobat yang semakin memuncak.

Lalu, ia hijrah meninggalkan kejahatannya menuju negeri pertobatan. Ternyata, ia meninggal  dipertengahan jalan sebelum tiba di ujungnya. Dan berdebatlah Malaikat Azab dan Malaikat Rahmat.
Malaikat Rahmat berkata, “ Ia datang dalam keadaan bertobat dan menghadapkan hatinya kepada Allah.”
Sementara Malaikat Azab mengatakan, “ Ia belum melakukan perbuatan baik sama sekali.”
Kemudian, datanglah seseorang malaikat dalam wujud manusia. Malaikat-malaikat yang sedang berbantah itu menjadikannya sebagai penengah di antara mereka.
Malaikat menjelma manusia itu berkata, “ Ukurlah jarak antara dua negeri. Ke negeri mana ia lebih dekat, ke sanalah ia digolongkan.”

Kemudian, para malaikat itu mengukurnya. Ternyata lelaki itu lebih dekat ke negeri yang dituju, yaitu negeri tempat orang-orang beriman. Dan, ia telah benar-benar meninggalkan kejahatannya, menuju negeri pertobatan, meskipun baru selangkah. Maka, Malaikat Rahmat-lah yang berhak mengambilnya.
Kisah ini dituturkan oleh Rasulullah dan diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Dan dalam Hadist Qudsi, Alllah berfirman:
“ Wahai anak Adam, sesungguhnya tiada engkau memohon kepada-Ku dan menharapkan kepada-Ku melainkan pasti Aku akan mengampunimu, dan Aku tiada peduli ( seberapa pun permintaanmu). Wahai anak Adam, skeiranya dosa-dosamu mencapai ujung langit kemudian engkau memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu, dan Aku tidak peduli (seberapa pun dosamu). Wahai anak Adam, sekiranya engkau datang kepada-KU membawa dosa-dosa hampir sepenuh bumi, kemudian engkau datang kepada-Ku (dengan) tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu apa pun, niscaya Aku akan mendatangimu dengan ampunan hampir sepenuh bumi. ”
(HR At-Tirmidzi).



sumber: buku On The Way To Jannah karangan Muhammad Amin penerbit Buyan

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar