sebuah kisah yang perlu di renungkan
Seseorang wanita muda berusia 30-an memasuki gedung tempat
reuni di gelar. Semua mata tertuju padanya. Ia adalah tipe wanita masa kini:
menentang tas besar keluaran rumah mode ternama, bersepatu high heels ,
menggenggam sebuah smart phone keluaran terbaru, dan pakaian stylist.
Aku menarik napas panjang. Penampilannya sangat berbeda
dengan penampilanku. Aku hanya memakai gamis seadanya, sepatu datar yang selalu
kupakai saat kekantor, dan sebuah jiplakan dari tas merek ternama.aku beringsut
ke sudut ruangan. Aku mengenali perempuan itu sebagai sahabatku , Lina.
Aku segera keluar dari gedung, jangan sampai Lina melihatku.
Jujur, aku malu dengan keadaanku sekarang. Aku membayangkan lina adalah wanita karier
yang mapan. Mungkin suaminya seorang pejabat atau pemilik perusahaan terkenal.
Aku? Aku hanya seorang sekretaris di kantor biro jasa dan suamiku hanya pegawai
kantor pos.
Beberapa minggu berselang, aku bertemu dengan temanku Diana,
aku baru mnegetahui bahwa suami lina hanya seorang pegawai PNS. Lina sendiri tidak
bekerja. Penampilannya yang glamor adalah jawaban sebagai tuntutan dari
lingkungannya.
Lina berani hutang untuk membeli semua barang yang
dibutuhkan untuk menujang penampilannya. Kini, ia terlibat hutang dalam jumlah
besar. Jujur aku malu pada diriku sendiri. Aku kurang bersyukur. Parahnya aku
malu menjadi diriku sendiri.
di salin dari buku berjudul
Keagugan Tiga Wanita Pilar Islam karangan DR.Yucki Prihadi, SSI., MM.,M.KOM
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita ini adalah renungan bagi diriku sendiri, untuk lebih bersyukur, tidak selalu melihat keatas, terus meminta apa yang belom aku punya, dan tidak mencoba Qana'ah maka aku akan menjadi orang terus dikalahkan oleh hawa nafsu duniaku
semoga cerita ini bermanfaat bagiku dan oranglain yang kebetulan membaca. ameen
barokallah
salam penulis